Ngomongin masalah baju koko, udah tidak asing didengar oleh warga Indonesia. Kalo mendengar baju koko, pasti kalian langsung tertuju hari lebaran atau busana yang dipakai jika ke masjid. Tetapi sebenarnya baju yang identik lebaran di Indonesia sendiri bukan berasal dari Indonesia lhoo. Laahh terus dari mana min?. Naahh pas banget, admin kali ini mau ngebahas sejarah baju koko niih biar ngurangin rasa penasaran kalian. Langsung simak yaa sobaat
Menurut sejarawan JJ Rizal, baju koko awalnya berasal dari tui-khim. Laahh tuikim apaan min?. Tui-khim adalah baju tradisional tiongkok tanpa kerah yang memiliki bukaan di tengah dengan 5 kancing serta biasanya satu setel dengan celana longgar. Funfact nya, tui-khim bagi orang dengan status ekonomi lebih tinggi biasanya mengganti kancing kain dengan kancing berbahan logam mulia, contohnya di film Ip Man pas guru Ip lagi tenar-tenarnya hehee. Naah pada awal abad 20 (tahun 1900an) warga Tionghoa masih menjadi budak kolonial. Hal ini menyebabkan pria Tionghoa hanya diperbolehkan menggunakan pakaian Belanda. Namun, setelah mereka merdeka dari kekuasaan Eropa, mereka tidak lagi menggunakan baju koko. Lebih jelasnya menurut JJ Rizal bahwa orang Tionghoa sendiri menyebut baju itu baju tikim (Hokkian: tui kim) yang biasa dipadupadankan dengan celana pangsi (Hokkian: phang si) diadaptasi dari pakaian tradisional orang Tionghoa di Batavia, yang masih digunakan orang Tionghoa di Batavia hingga awal abad ke-20.
Pengaruh berpakaian yang diberikan dari warga Tionghoa saat itu akhirnya diteruskan oleh masyarakat Indonesia kelas menengah ke bawah. Lebih jelasnya menurut Yahya Andi Saputra, yaitu sejarawan betawi menjelaskan bahwa ketika orang Tionghoa sudah merdeka, mereka lebih memilih memakai pakaian seperti orang-orang Eropa seperti sepatu pantofel dan lain-lain. Tapi masih ada masyarakat kalangan kelas menengah kebawah yang memakai busana itu. Nah busana tersebut banyak dipilih warna putih untuk dijadikan baju muslim.
Sejak saat itu, lama kelamaan baju tui-khim mengalami akulturasi menjadi baju koko. Naahh mungkin muncul pertanyaan kenapa penyebutannya “koko”?. Kita flashback lagi yaaa, dahulu orang tua Tionghoa maupun orang lain yang memakai baju tui-khim disebut “engkoh-engkoh”. Naah kata “engkoh-engkoh” jika di eja menggunakan bahasa indonesia menjadi “ko-ko”.
Semakin lama, baju koko juga mengalami modernisasi. Contohnya saja dari yang awalnya hanya terdiri dari 5 kancing, sekarang menjadi beberapa kancing. Bahkan sekarang di buat baju batik. Serta ditambahkan warna, motif dan model baju koko itu sendiri sehingga baju koko terus mengikuti perkembangan zaman. Perlu diingat yaa sobat, dalam ajaran Islam sendiri menerima budaya dari manapun dan apapun selama tidak bertentangan dengan kaidah-kaidah islam dan kitab suci Al-Quran. Seperti contohnya baju koko, berasal dari Tionghoa yang mayoritas budaya nya non muslim tetapi dapat diterima sebagai mendukung fungsi berpakaian yaitu untuk menutupi aurat serta Islam mampu merangkul dengan budaya yang berbeda tetapi tetap berpegang teguh pada prinsip ajarannya. Naahh gimana sobat?, sudah paham kan asal muasal baju koko? dan kenapa disebut baju koko? heheee.