Dermatitis atopik atau yang biasa dikenal dengan eksim susu merupakan salah satu jenis dermatitis (eksim) yang terjadi akibat adanya peradangan pada kulit. Kondisi ini bisa disertai dengan kulit yang memerah, kering dan pecah-pecah. Peradangan ini biasanya berlangsung lama bahkan bisa hingga bertahun-tahun.
Tak semua bayi memiliki kulit lembut dan kenyal. Pada anak yang menderita dermatitis atopik, kulitnya sangat kering, bersisik, dan bahkan bisa mengelupas. Menurut Ikatan Dokter Anak Indonesia, dermatitis atopik merupakan radang kulit berulang yang disertai rasa gatal pada bayi dan anak.
Jika anak Anda mengalami dermatitis atopik, maka perawatan kulitnya enggak boleh sembarangan nih, maka dari itu mama juga harus memilih sabun untuk dermatitis atopik dengan bener.
Gejala Dermatitis Atopik
Setiap orang memiliki gelaja yang berbeda-beda terhadap dermatitis atopik. Gejala yang umum terjadi yaitu berupa kulit bersisik, memerah dan berkerak di area pipi, kulit kepala, tangan dan kaki. Gejala dermatitis atopik yang juga sering muncul berupa ruam merah dan terasa sangat gatal di area belakang leher, lutut dan siku. Rasa gatal yang muncul lebih buruk saat malam hari dan jika digaruk kulit akan menjadi lebih tebal, timbul bopeng atau berlubang dan menggelap. Jika terus menerus menggaruk area kulit yang bermasalah pun dapat memicu infeksi.
Selain gejala tersebut, pengidap juga dapat merasakan gejala lain seperti ruam yang menonjol dan mengeluarkan cairan, kulit pecah-pecah, dan terkelupas. Gejala dan tanda dermatitis atopik yang paling mudah dikenali adalah rasa gatal yang terasa berat. Saat rasa gatal terasa memburuk, bayi akan sulit untuk menahan keinginan menggaruk. Akan tetapi, garukan dapat membuat kondisi kulit bayi bertambah buruk. Kulit bisa saja berdarah akibat garukan, terasa semakin gatal dan terjadi infeksi sekunder.
Penyebab Dermatitis Atopik
Dermatitis atopik terjadi akibat interaksi multifaktorial yaitu faktor genetik (keturunan) dan faktor alergi nonmakanan seperti debu, detergen, sabun, serta faktor lingkungan yang meliputi suhu yang ekstrem cuaca dingin dengan kelembapan yang rendah serta udara kering, gangguan fungsi sawar (pelindung kulit), faktor imunologi dan infeksi.
Faktor Risiko Dermatitis Atopik
Ada beberapa faktor yang meningkatkan risiko terkena dermatitis atopik yaitu:
- – Riwayat pribadi atau keluarga terhadap dermatitis, alergi, demam tinggi atau asma
- – Mengalami dermatitis kontak dengan bahan tertentu
Pencegahan Dermatitis Atopik
Lakukan beberapa hal ini untuk mencegah dermatitis atopik kambuh. Yang paling utama adalah dengan menghindari faktor pencetus. Jika pencetus alergi adalah debu, maka hindari debu. Jika pencetusnya berupa susu, hindari semua makanan dan minuman yang mengandung susu. Beberapa hal berikut juga dapat membantu, yaitu:
- – Bersihkan secara berkala perlengkapan tidur. Ganti seprai dan sarung bantal guling minimal 2 minggu sekali.
- – Gunakan selimut saat tidur, khususnya jika tidak tahan dengan udara dingin.
- – Bersihkan rumah secara rutin
Pengobatan Dermatitis Atopik
Tata laksana menyeluruh pada dermatitis atopik diperlukan karena dermatits atopik merupakan interaksi multifaktorial yang kompleks. Tatalaksana bertujuan untuk mengurangi tanda dan gejala penyakit dan juga mecegah kekambuhan dikemudian hari.
Diagnosa dan tata laksana dermatitis atopik di Indonesia menyebutkan bahwa tata laksana dermatitis atopik meliputi penghindaran dan modifikasi memperkuat serta mempertahankan fungsi sawar kulit yang optimal, meghilangkan penyakit inflamasi kulit, dan mengendalikan siklus gatal-garuk.
Perawatan Kulit pada Dermatitis Atopik
Dermatitis atopik memerlukan pengobatan yang menyeluruh. Pengobatan tersebut bertujuan untuk mengurangi gejala dan mencegah berbagai komplikasi pada bayi.
Perawatan Saat Mandi
- 1. Mandi 1-2 kali sehari dengan menggunakan air hangat kuku (suhu 36-37 derajat Celsius)
- 2. Lama durasi mandi kira-kira 10-15 menit
- 3. Gunakan sabun yang mengandung pelembap dengan pH 5,5-6 dan tidak mengandung pewarna serta pewangi
- 4. Menghindari penggunaan sabun antiseptik